Sumber gambar dok. okezone
Negara
yang besar dan manju adalah Negara yang menitik beratkan perhatianya pada dunia
penidikan, lihat saja Jepang ketika diserang pasukan sekutu dengan
dibombardirnya kota Hirosima dan Nagasaki, sehingga melumpuhkan keperkasaan Jepang
terhadap sekutu, dan yang bikin salut kita adalah sikap kaisar jepang yang melihat kehancuran dua
kota tersebut tidak menayakan berapa kerugian materi, berapa gedung yang hancur,berapa
jumlah tentara yang mati tetapi kaisar Jepang menayakan berapa jumlah guru yang
masih hidup, dengan sisa guru yang masih hidup dan perhatian serius pemerintah Jepang
terhadap dunia pendidikan mampu membuat Jepang bangkit dan maju dalam semua
lini.
Begitu
pula dengan pemerintahan Jerman yang mengatakan bahwa urusan pendidikan adalah
urusan Negara sehinga mengantarkanya pada kemajuan sains dan teknologi yang
pesat demikian juga dengan Amerika Serikat, Inggris, Cina, Korea dan
Negara-negara maju lainya, yang menitik beratkan pendidikan sebagai faktor
utama dan penentu kemajuan bangsanya.
Bagaimana
dengan Negara kita dan dunia pendidikan di Negara kita saat ini, kualitas
pendidikan di Indonesia memang terbilang cukup memprihatinkan berdasarkan data
dari UNISCO, Indonesia menempati posisi
109 dalam angka Human Development Index (HDI) yang dihitung berdasarkan
beberapa aspek, termasuk kualitas dan fasilitas pendidikan. Menurut data The
Worid Economic Forum di swedia, daya saing pendidikan di Indonesia termasuk
rendah yaitu menempati urutan yang ke 37 dari 57 negara yang disurvei.
Sedangkan menurut studi survei yang dilakukan instansi political and Economic
Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia menempati urutan 12
dari 12 negara di asia yang disurvei.
Dalam
masalah kualitas pendidikan masih banyak daerah-daerah belum menerima
pendidikan yang layak, seperti fasilitas buku yang tersedia gedung yang memadai
bahkan kualitas dari guru dan tenaga pengajar lain juga dirasa belum kompeten.
Sehinga sulit untuk mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas.
Selain
itu ironi gedung sekolah yang sangat tidak layak rapuh dan reot bahkan sangat
membahayakan bagi guru dan siswa yang ada didalamya bahkan mereka harus berpindah
tempat ketika hari hujan ada sebanyak 90
murid Madrasah Ibtidaiyah Taufikurahman didesa sungai pinang baru kecamatan
sungai tabuk kabupaten banjar maerasakan hal tersebut sebagaimana diberitakan
di Koran Banjarmasin post tanggal 3/3/2017. Bahkan ada Beberapa sekolah
menengah dilombok ketika mau menghadapi ujian nasional berbasis computer (UNBK)
harus meminjam leptop siswa supaya ujian nasional bisa terlaksana (Radar Lombok
20 April 2016)
Ada sejumlah sekolah yang harus
melaksanakan UNBK di sekolah lain. Misalnya, SMA Negeri 1 Kejobong, Kabupaten
Purbalingga yang tidak memiliki laboratorium komputer sendiri untuk menggelar
UNBK. Para siswa kelas 12 di sekolah itu terpaksa 'menumpang' UNBK di SMK 1
Muhammadiyah Purbalingga yang berjarak 30 kilometer
Kepala
SMA Negeri 1 Kejobong, Muhlasin mengatakan biaya UNBK yang harus dikeluarkan
sekolah membengkak, diantaranya untuk menyewa bus untuk memberangkatkan siswa
yang ikut UNBK ke sekolah lain. Reporter Radio 99 FM jaringan KBR, Senin
(13/3/2017).
Hal
diatas membuktikan daya dukung Negara dalam memfasilitasi sarana dan prasarana pendidikan sangat minim,
jika pihak sekolah hanya mengharapkan bantuan dana sosial masyarakat untuk
menyelesaikan masalah, dimana dana sosial jumlahya sangat kecil dan justru
melihatkan abainya Negara terhadap fasilitas sekolah jika hal ini terjadi mana
mungkin tercapai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas .
Instansi-intansi
pendidikan tidak sekedar butuh dana sosial, yang dibutuhkan penagan menyeluruh
permasalahan mereka hinga terselaesaikan. Sehingga instansi pendidikan bisa
benar-benar fokus mendidik SDM didalamya dengan oktimal, logikanya karena sudah
ada pemerintah yang mengurusi seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31
ayat 2. Setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya. Dan ayat 3. Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan
suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bunyi ayat
4. Negara mempioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelengaraan pendidikan nasional.
sehingga Instansi pendidik tidak lagi dipusingkan dengan memikirkan peningkatan
fasilitas pendidikan. Dengan begitu, SDM berkualitas pun akan terbentuk.
Jika
masalah pendidikan ini dibiarkan tampa mencari akar masalah dan solusi masalah
yang pasti dan tepat, bagaimana mungkin peradapan suatu bangsa yang gemilang itu akan terwujudkan. Maka perlu disini kita
menelisik lebih jauh lagi apa yang menjadi sebab Indonesia tidak kunjung lepas
dari problematika pendidikan.
Usut
punya usut, sistem kapitalis-sekuleris lah yang telah menjadikan Indonesia
dalam jeratan lingkaran keterpurukan. Hal ini menjadikan fungsi Negara mandul
dan tumpul. Negara sebagai pilar utama megngurus urusan warga negaranya, tidak
mampu memberikan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang terbaik. Sistem kapitalis
inilah yang mengerogoti sendi-sendi perekonomian Indonesia sehinga berdampak
buruk terhadap sistim pendidikan. Sehinga dengan sistem kapitalis lah semua
diukur dengan untung rugi yang semua dilihat dari aspek materi membuat gelap
mata, sehinga dana yang seharusnya untuk alokasi pendidikan tidak teralokasi
bahkan terkorupsi. Sehingga pemenuhan hak-hak warga Negara tidak dapat
diwujudkan oleh Negara secara menyeluruh.
Pendidikan merupakan salah satu modal yang
sangat penting untuk menjalani kehidupan bermasyarakat jika pendidikan mampu
mencerdaskan dan mensejahtrakan setiap individu sehing masyarakat pun akan mendapatkan
pendidikan yang berkualitas, berkualitas tidaknya pendidikan tergantung pada
apa yang didapatkan oleh individu dan masyarakatnya dan baik burunya kualitas
pendidikan yang diberikan pada rakyat pasti berdampak pada maju dan mundurnya
suatu bangsa dan Negara.
EmoticonEmoticon