Kamis, 30 Maret 2017

GURU “ANTARA MENDIDIK DAN BERORGANISASI”

sumber foto internet
Kebanyakan guru jika ditanya penting mana antara mendidik dan berorganisasi jawabanya adalah penting mendidik dengan alasan karena tugas utama seorang guru adalah mendidik, dan ketika ditanya kembali perlu tidak seorang guru berorganisasi, dari  pertanyaan ini menimbulkan jawaban yang beragam diantaranya ada guru yang menjawab mendidik dan berorganisasi bagi seorang guru itu sama-sama penting dengan alasan kenapa sama-sama penting sebab dengan berorganisasi seorang guru mampu meningkatkan profesionalitasnya sebagai pendidik. Ada juga yang menjawab ngapain guru repot-repot berorganisasi, ilmu yang didapat dari kampus sudah mumpuni lebih dari pada cukup, selain itu berorganisasi buang-buang waktu, dana dan tenaga. Lebih baik berbisnis dan cari tambahan penghasilan. Ada juga yang menjawab guru itu utamnya mengajar kalu mau berorganisasi yang sekedarnya yang penting ada untuk syarat saja.
Dari melihat ragam jawaban, jika bapa dan ibu seorang guru masuk bagian yang mana? Disini penulis akan beberkan beberapa fenomena atau keadaan guru dalam mendidik dan gaya mengajar guru yang sering dijumpai dari dulu hingga saat ini dan kita kaitkan dengan kererlibatan guru dalam berorganisasi.
Dari pengamatan penulis masih banyak guru yang kesulitan dalam menagani kelas bahkan menghadapi keadaan prilaku peserta didik  contoh keadaan ketika dalam proses belajar mengajar ada kegaduhan dalam kelas atau ada peserta didik yang tidak sesuai dengan kehendak guru dan aturan sekolah, guru mengunakan amarahnya dalam menangani kasus dengan memaki henghardik dan memarahi peserta didiknya didepan kelas maupun didepan khalayak banyak sontak peserta didik langsung diam dan tidak terjadi kegaduhan lagi atau sebaliknya peserta didik melawan kepada guru bahkan melakukan penyerangan fisik dengan kondisi anak-anak SMA/MA/SMK, jika hal ini terjadi guru perlu belajar beladiri pencak silat ataupun beladiri yang lainya. Dan guru perlu aktif dalam organisasi beladiri jadi tau kaidah beladiri sehinga tidak melakukan tindak kekerasan. 
Jika cara menakuti peserta didik dengan cacian, marahan dan ancaman itu dianggap cara yang ampuh untuk bisa bikin peserta didik nurut, padahal tidak demikian mungkin peserta didik kan takut dengan kita jika kita ada ataupun marah tetapi setelah kita tidak ada dalam kelas bisa jadi kita jadi bahan perbincangan dan  olok-olokan oleh peserta didik  mereka nurut karena takut bukan patuh dan segan, dan bisa berdampak negatif bagi kejiwaan peserta didik jika dimarahi setiap hari itu fenomena yang pertama, pada fenomena ini saran kami guru harus ikut organisasi keagamaan atau majelis keagamaan yang mampu melembutkan hati dan mampu meredam dan mengontrol amarah jika terjadi permasalahan pada peserta didik.
Fenomena yang kedua kita sering jumpai guru rajin  mengajar santun dalam mengajar  tetapi terkadang guru itu banyak cuwek dan tak perduli dengan keadaan kelas peserta didik mau ribut atau tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak mempengaruhi amarah seorang guru dalam mengajar tetap santai tidak ada marah-marah ataupun teguran lainya yang penting mengajar dan materi terkejar, guru seperti ini tidak ada istilah peserta didik remedial sanggat ker dan nyaman dengan nilai karena gurunya tidak  mau ribet yang penting masuk dan mengajar. Saran kami jika ada guru yang seperti ini perlu ditatar kembali jadi tau tupoksinya sebagai seorang guru karena guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik.
Fenomena ke tiga ada guru yang jarang masuk kelas alasan sibuk dalam kegiatan ini dan itu  tetapi saat ulangan sangat susah dirasakan oleh peserta didiknya banyak nilai yang tidak tuntas ketika pembagian raport dengan alasanya ini dan itu dan peserta didiklah jadi kambing hitamya serta korbanya, ada pula guru yang rajin tidak masuk kelas dengan alasan ini dan itu telapi agak ker dan nyaman  dengan nilai tidak ada nilai yang tidak tuntas semua tuntas dan bernilai tinggi bahkan peserta didik yang tidak pernah masuk dan bahkan berhenti seklolahpun bisa dapat nilai ketika pembagian raport. Saran kami guru harus memahami tupoksi dan bertindak profesional sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Fenomena keempat banyak guru yang pintar dan mampu menguasai medan akan tetapi giliran disuruh nulis bikin PTK atau karya tulis lainya guru pada minder dan setres beribu-ribu dalih dilontarkan sebagai pembenaran untuk menghindari kewajiban menulis bagi guru yang kena kewajiban itu, saran kami guru tersebut harus ikut organisasi yang konsisten membimbing guru bisa menulis seperti Ikatan Guru Indonesia (IGI) atau organisasi-organisasi yang lainya.
Fenomena ke Lima kita juga jumpai seorang guru yang rajin, tekun dan tlaten membimbing peserta didiknya, ketika marah menempatkan pada posisi yang tepat  santun dan penuh perhatian dalam kelas cara mengajarnya tidak monoton kereatif, inovatif, ramah dan sayang terhadap peserta didik serta guru mampu memecakhan kejenuhan, di hormati dan disegani oleh peserta didiknya bukan ditakuti, tempat keluh kesah para peserta didik dan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan peserta didik dan kehadiranya sangat dinanti tegas dan adil member nilai berdasarkan kemampuan bukan hanya kedekatan yang begini baru namanya guru.
Melihat berbagai fenomena guru tersebut penulis menyimpulkan betapa pentingnya keprofesionalitasan seorang guru dalam dunia pendidikan sehinga tidak ada lagi peserta didik yang dirugikan, guru takkan kokoh berdiri sendiri dalam menghadapi badai permasalahan pendidikan untuk itu penulis menyarankan guru terlibat aktif dalam organisasi keprofeian atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang menunjang sehinga ketika mengalami kebuntuan atau masalah yang susah dipecakhan guru bisa berbagi pengalaman, berbagi informasi dan berbagi solusi sehingga meringankan dan mempermudah tugas mulia sebagai seorang guru.





EmoticonEmoticon