Kebanyakan
guru jika ditanya penting mana antara mendidik dan berorganisasi jawabanya
adalah penting mendidik dengan alasan karena tugas utama seorang guru adalah
mendidik, dan ketika ditanya kembali perlu tidak seorang guru berorganisasi, dari pertanyaan ini menimbulkan jawaban yang
beragam diantaranya ada guru yang menjawab mendidik dan berorganisasi bagi
seorang guru itu sama-sama penting dengan alasan kenapa sama-sama penting sebab
dengan berorganisasi seorang guru mampu meningkatkan profesionalitasnya sebagai
pendidik. Ada juga yang menjawab ngapain guru repot-repot berorganisasi, ilmu
yang didapat dari kampus sudah mumpuni lebih dari pada cukup, selain itu
berorganisasi buang-buang waktu, dana dan tenaga. Lebih baik berbisnis dan cari
tambahan penghasilan. Ada juga yang menjawab guru itu utamnya mengajar kalu mau
berorganisasi yang sekedarnya yang penting ada untuk syarat saja.
Dari
melihat ragam jawaban, jika bapa dan ibu seorang guru masuk bagian yang mana?
Disini penulis akan beberkan beberapa fenomena atau keadaan guru dalam mendidik
dan gaya mengajar guru yang sering dijumpai dari dulu hingga saat ini dan kita
kaitkan dengan kererlibatan guru dalam berorganisasi.
Dari
pengamatan penulis masih banyak guru yang kesulitan dalam menagani kelas bahkan
menghadapi keadaan prilaku peserta didik
contoh keadaan ketika dalam proses belajar mengajar ada kegaduhan dalam
kelas atau ada peserta didik yang tidak sesuai dengan kehendak guru dan aturan
sekolah, guru mengunakan amarahnya dalam menangani kasus dengan memaki
henghardik dan memarahi peserta didiknya didepan kelas maupun didepan khalayak
banyak sontak peserta didik langsung diam dan tidak terjadi kegaduhan lagi atau
sebaliknya peserta didik melawan kepada guru bahkan melakukan penyerangan fisik
dengan kondisi anak-anak SMA/MA/SMK, jika hal ini terjadi guru perlu belajar
beladiri pencak silat ataupun beladiri yang lainya. Dan guru perlu aktif dalam
organisasi beladiri jadi tau kaidah beladiri sehinga tidak melakukan tindak
kekerasan.
Jika
cara menakuti peserta didik dengan cacian, marahan dan ancaman itu dianggap
cara yang ampuh untuk bisa bikin peserta didik nurut, padahal tidak demikian
mungkin peserta didik kan takut dengan kita jika kita ada ataupun marah tetapi
setelah kita tidak ada dalam kelas bisa jadi kita jadi bahan perbincangan
dan olok-olokan oleh peserta didik mereka nurut karena takut bukan patuh dan
segan, dan bisa berdampak negatif bagi kejiwaan peserta didik jika dimarahi
setiap hari itu fenomena yang pertama, pada fenomena ini saran kami guru harus
ikut organisasi keagamaan atau majelis keagamaan yang mampu melembutkan hati
dan mampu meredam dan mengontrol amarah jika terjadi permasalahan pada peserta
didik.
Fenomena
yang kedua kita sering jumpai guru rajin mengajar santun dalam mengajar tetapi terkadang guru itu banyak cuwek dan
tak perduli dengan keadaan kelas peserta didik mau ribut atau tidak sesuai
dengan aturan sekolah, tidak mempengaruhi amarah seorang guru dalam mengajar
tetap santai tidak ada marah-marah ataupun teguran lainya yang penting mengajar
dan materi terkejar, guru seperti ini tidak ada istilah peserta didik remedial
sanggat ker dan nyaman dengan nilai karena gurunya tidak mau ribet yang penting masuk dan mengajar.
Saran kami jika ada guru yang seperti ini perlu ditatar kembali jadi tau
tupoksinya sebagai seorang guru karena guru tidak hanya mengajar tapi juga
mendidik.
Fenomena
ke tiga ada guru yang jarang masuk kelas alasan sibuk dalam kegiatan ini dan
itu tetapi saat ulangan sangat susah
dirasakan oleh peserta didiknya banyak nilai yang tidak tuntas ketika pembagian
raport dengan alasanya ini dan itu dan peserta didiklah jadi kambing hitamya
serta korbanya, ada pula guru yang rajin tidak masuk kelas dengan alasan ini
dan itu telapi agak ker dan nyaman
dengan nilai tidak ada nilai yang tidak tuntas semua tuntas dan bernilai
tinggi bahkan peserta didik yang tidak pernah masuk dan bahkan berhenti
seklolahpun bisa dapat nilai ketika pembagian raport. Saran kami guru harus
memahami tupoksi dan bertindak profesional sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.
Fenomena
keempat banyak guru yang pintar dan mampu menguasai medan akan tetapi giliran
disuruh nulis bikin PTK atau karya tulis lainya guru pada minder dan setres
beribu-ribu dalih dilontarkan sebagai pembenaran untuk menghindari kewajiban
menulis bagi guru yang kena kewajiban itu, saran kami guru tersebut harus ikut
organisasi yang konsisten membimbing guru bisa menulis seperti Ikatan Guru
Indonesia (IGI) atau organisasi-organisasi yang lainya.
Fenomena
ke Lima kita juga jumpai seorang guru yang rajin, tekun dan tlaten membimbing
peserta didiknya, ketika marah menempatkan pada posisi yang tepat santun dan penuh perhatian dalam kelas cara
mengajarnya tidak monoton kereatif, inovatif, ramah dan sayang terhadap peserta
didik serta guru mampu memecakhan kejenuhan, di hormati dan disegani oleh
peserta didiknya bukan ditakuti, tempat keluh kesah para peserta didik dan
mampu memecahkan permasalahan-permasalahan peserta didik dan kehadiranya sangat
dinanti tegas dan adil member nilai berdasarkan kemampuan bukan hanya kedekatan
yang begini baru namanya guru.
Melihat
berbagai fenomena guru tersebut penulis menyimpulkan betapa pentingnya
keprofesionalitasan seorang guru dalam dunia pendidikan sehinga tidak ada lagi
peserta didik yang dirugikan, guru takkan kokoh berdiri sendiri dalam menghadapi
badai permasalahan pendidikan untuk itu penulis menyarankan guru terlibat aktif
dalam organisasi keprofeian atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang
menunjang sehinga ketika mengalami kebuntuan atau masalah yang susah dipecakhan
guru bisa berbagi pengalaman, berbagi informasi dan berbagi solusi sehingga
meringankan dan mempermudah tugas mulia sebagai seorang guru.
EmoticonEmoticon